Thursday, October 4, 2018

Tsunami dan gempa Palu: Korban tewas 832 orang, fokus penyelamatan di Hotel Roa-Roa

Tsunami dan gempa Palu: Korban tewas 832 orang, fokus penyelamatan di Hotel Roa-Roa



Dalam jumpa pers pada Minggu (30/9) siang, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyebut, jumlah korban terbanyak berada di Palu, yaitu 821 orang. Adapun korban tewas di Donggala mencapai 11 orang.
Akan tetapi, Sutopo mewanti-wanti, jumlah korban diperkirakan masih akan bertambah.
"Kabupaten Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong listrik padam, komunikasi tidak intensif. Kita tidak tahu secara pasti bagaimana dampak gempa dan tsunami, bagaimana penanganan. Korban yang diduga tertimbun reruntuhan, masih banyak. Banyak daerah-daerah yang belum terjangkau," kata Sutopo.

Disebutkan Sutopo, aksi pencarian dan penyelamatan korban oleh Badan SAR Nasional difokuskan di Hotel Roa-Roa.
"Hotel itu rata dengan tanah, Diperkirakan 50 sampai 60 orang tertimbun. Operasi SAR tidak mudah, Banyak kendala, listrik padam, komunikasi terbatas, alat berat terbatas. Kita kerahkan alat berat yang di Palu, namun jumlahnya tidak mencukupi dibanding kerusakan yang ada di Palu. Mengirim alat berat dari luar kota Palu, terkendala akses jalan," papar Sutopo.
Secara terpisah, M Syaugi selaku Kepala Basarnas mengakui minimnya alat berat membuat upaya pencarian dan penyelamatan sangat terkendala.
"Kita berpacu dengan waktu. Waktunya sangat terbatas. Kalau ada korban selamat, mereka pasti sangat lemah. Saya panggil nggak ada suara. Saya nggak ada pilihan kecuali alat berat didatangkan," ujarnya.

Kebutuhan mendesak di Palu dan sekitarnya saat ini adalah bahan bakar minyak. "Fokus pasokan BBM, BBM masih sangat terbatas, genset tidak beroperasi, kendaraan tidak bisa berjalan," kata Sutopo.
Pasokan BBM sangat terbatas karena Terminal BBM Donggala rusak sehingga tidak bisa menyalurkan ke Palu. Untuk mengatasinya, BBM didatangkan dari Poso, Toli-Toli, dan Pare-Pare.
Selain BBM, air bersih juga sangat diperlukan. "Jaringan air bersih hancur karena gempa, sumur-sumur menjadi keruh," ujarnya.
Sebelumnya, dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu (29/9), Sutopo menyebut penanganan darurat masih dipusatkan pada pencarian dan penyelamatan.
Ia membantah tudingan bahwa evakuasi dan penanganan bantuan kemanusiaan berlangsung lambat.
Belum jelas bagaimana upaya pemerintah untuk menjangkau Donggala.
Betapa pun, katanya, "kalau mengacu pada kekuatan gempa bumi, maka yang di Donggala kerusakannya bisa jauh lebih parah. Namun korban jiwa belum tentu, karena sebaran penduduknya berbeda," katanya pula.


No comments:

Post a Comment